TUBERCULOSIS
1. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit
yang disebabkan oleh basil yang disebut tubercle bacillus. Basil ini terdapat
dimana-mana, terutama pada tempat yang penuh sesak manusia. Tubercle bacillus
juga terdapat pada lingkungan yang tidak sehat dan makanan yang dimakan kurang
bergizi.
2. Patifisiologi
Penularan TB Paru
terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis. dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2 jam,
tergantung pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari– hari sampai
berbulan–bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia akan menempel
pada jalan nafas atau paru–paru.
Partikel dapat
masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman
akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang
trakea bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di
jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang
ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut
sarang primer atau efek primer atau sarang ghon (fokus). Sarang primer
ini dapat terjadi pada semua jaringan paru, bila menjalar sampai ke
pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga masuk ke dalam saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit. Kemudian bakteri masuk
ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang.
Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian
paru dan menjadi TB milier.
Sarang primer akan
timbul peradangan getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan
diikuti pembesaran getah bening hilus (limfangitis regional). Sarang primer
limfangitis lokal serta regional menghasilkan komplek primer (range).
Proses sarang paru ini memakan waktu 3–8 minggu. Berikut ini menjelaskan skema
tentang perjalanan penyakit TB Paru hingga terbentuknya tuberkel ghon.
3.
Diagnosa
diagnosis dilakukan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Adapun diagnosis pastinya adalah
melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak. Namun, pemeriksaan kultur
memerlukan waktu yang lama, hanya akan dilakukan bila diperlukan atas indikasi
tertentu, dan tidak semua unit pelayanan kesehatan memilikinya. Pemerintah
melalui gerakan terpadu nasional, memiliki upaya untuk meningkatkan kemampuan
Puskesmas untuk melakukan diagnosis TB berdasarkan pemeriksaan BTA ini.
Pemeriksaan dahak dilakukan sedikitnya 3 kali, yaitu pengambilan dahak sewaktu
penderita datang berobat dan dicurigai menderita TB, kemudian pemeriksaan kedua
dilakukan keesokan harinya, yang diambil adalah dahak pagi. Sedangkan
pemeriksaan ketiga adalah dahak ketika penderita memeriksakan dirinya sambil
membawa dahak pagi. Oleh sebab itu, disebut pemeriksaan SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu).
Diagnosis TB Paru pada orang
dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikit 2 dari 3
pemeriksaan spesimen SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang
positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu rontgen dada atau
pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau dalam pemeriksaan radiologi, dada
menunjukkan adanya tanda-tanda yang mengarah kepada TB maka yang bersangkutan
dianggap positif menderita TB. Kalau hasil radiologi tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda TB, maka pemeriksaan dahak SPS harus diulang. Sedangkan pemeriksaan
biakan basil atau kuman TB, hanya dilakukan apabila sarana mendukung untuk itu.
Bila ketiga spesimen dahak
hasilnya negatif, maka diberikan antibiotik berspektrum luas selama 1 hingga 2
minggu, amoksilin atau kotrimoksasol. Bila tidak berhasil, dan penderita yang
bersangkutan masih menunjukkan adanya tanda-tanda TB, maka ulangi pemeriksaan
dahak SPS. Selanjutnya prosedur terdahulu dilakukan, yakni kalau dalam
pemeriksaan ulang ternyata dahak SPS positif, maka yang bersangkutan adakah
positif menderita TB. Namun, apabila dahak negatif, maka ulangi pemeriksaan
radiologi. Apabila hasil radiologi mendukung TB dianggap sebagai penderita TB
dengan BTA negatif, radiologi positif. Apabila baik radiologi tidak mendukung
TB, spesimen dahak negatif, maka yang bersangkutan bukan TB.
Karena tingginya prevalensi TB di
Indonesia, maka tes tuberkulin pada orang dewasa, tidak memiliki makna lagi.
Pada anak, sulit untuk mendapatkan BTA, sehingga diagnosis TB pada anak didapat
dari gambaran klinik, radiologi dan uji tuberkulin.
Untuk itu, seorang anak dapat dicurigai menderita TB, kalau terdapat gejala
seperti:
1. Mempunyai riwayat kontak serumah dengan penderita TB dengan BTA positif.
2. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikkan BCG dalam waktu 3-7
hari.
3. Terdapat gejala umum TB.
Gejala umum TB pada anak sebagai berikut:
1. Berat badan
turun selama 3 bulan berturut-turut, tanpa sebab yang jelas dan tidak naik
dalam 1 bulan meski sudah mendapat penanganan gizi yang baik.
2. Nafsu makan
tidak ada, dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik dengan memadai.
3. Demam lama dan
atau berulang tanpa sebab yang jelas, disertai keringat malam, tanpa
sebab-sebab lain yang jelas. Misalnya infeksi saluran napas bagian atas yang akut, malaria, tipus, dan
lain-lain.
4. Pembesaran
kelenjar limpa superfisialis yang tidak sakit. Pembesaran ini biasanya multiple,
paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
5. Batuk lama
lebih dari 30 hari, disertai tanda adanya cairan di dada.
6. Gejala dari
saluran pencernaan, misalnya adanya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, adanya benjolan massa di daerah dan adanya tanda-tanda cairan
abdomen.
Tanda-tanda spesifik lain,
tergantung bagian tubuh mana yang terserang TB, misalnya kalau kulit yang
terkena akan tampak scrofloderma, sendi (lutut, panggul, punggung) akan
terpincang-pincang jalanya, TB mata, TB otak, dan lain-lain.
Uji tuberkulin dilakukan dengan
cara menyuntikkan secara intrakutan ( yakni di dalam kulit), dengan tuberkulin
PPD RT 23 kekuatan 2 TU ( Tuberculin Unit ). Pembacaan dilakukan 48-72
jam setelah penyuntikan, dan diukur diameter dari peradangan atau indurasi yang
dinyatakan dalam milimeter. Dinyatakan positif bila indurasi sebesa r > 10 mm pada anak dengan gizi
baik, dan pada anak-anak dengan gizi buruk.
4.
Tata Laksana
Tatalaksana
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi
kuman terhadap OAT. Semua obat Tb bersifat Bakterisida kecuali Ethambutol yang
bersifat Bakteriostatik.
Prinsip
pengobatan
Pengobatan
tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat,
dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
tahap intensif dan lanjutan.
Tahap awal
(intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat
setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan
secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap
Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Paduan OAT
yang digunakan di Indonesia
- Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
- Disamping
kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE) dan Kategori
Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT
kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT
KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket
untuk satu pasien.
Paket
Kombipak Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini
disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Paduan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan.
KDT
mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
- Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan
sehingga menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
- Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga
menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi
kesalahan penulisan resep
- Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit
sehingga pemberian obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan
pasien.
Paduan OAT
dan peruntukannya.
- Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT
ini diberikan untuk pasien baru:
a.
Pasien baru TB paru BTA positif.
b.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
c.
Pasien TB ekstra paru
Tabel 1.
Dosis untuk paduan KDT Kategori 1
Berat
Badan
|
Tahap
Intensif tiap hari selama 56 hari
RHZE
(150/75/400/275)
|
Tahap
Lanjutan
3 Kali
seminggu selama 16 minggu
RH
(150/150)
|
30-37 kg
|
2 tablet 4
KDT
|
2 tablet 2
KDT
|
38-54 kg
|
3 tablet 4
KDT
|
3 tablet 2
KDT
|
55-70 kg
|
4 tablet 4
KDT
|
4 tablet 2
KDT
|
> 71 kg
|
5 tablet 4
KDT
|
5 tablet 2
KDT
|
Tabel 2.
Dosis Paduan OAT-Kombipak untuk kategori 1
Tahap
Pengobatan
|
Lama
Pengobatan
|
Dosis per hari/kali
|
Jumlah
hari/kali menelan obat
|
|||
Isoniazid
300 mgr
|
Rifampisin
450 mgr
|
Pirazinamid
500 mgr
|
Etambutol
250 mgr
|
|||
Intensif
|
2 Bulan
|
1
|
1
|
3
|
3
|
56
|
Lanjutan
|
4 Bulan
|
2
|
1
|
-
|
-
|
48
|
- Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT
ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
a.
Pasien kambuh
b.
Pasien gagal
c.
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel 3.
Dosis untuk paduan KDT Kategori 2
Berat
Badan
|
Tahap
intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275) + S
|
Tahap lanjutan
3 kali seminggu (RH (150/150) + E (400)
|
|
56 Hari
|
28 hari
|
20 Minggu
|
|
30-37 kg
|
2 tab 4
KDT + 500 mg S inj
|
2 tab 4
KDT
|
2 tablet 2
KDT + 2 tablet E
|
38-54 kg
|
3 tablet 4
KDT + 750mg S inj
|
3 tablet 4
KDT
|
3 tablet 2
KDT + 3 tablet E
|
55-70 kg
|
4 tablet 4
KDT + 1000 mg S inj
|
4 tablet 4
KDT
|
4 tablet 2
KDT + 4 tablet
|
> 71 kg
|
5 Tablet 4
KDT + 1000 mg S Inj
|
5 tablet 4
KDT
|
5 tablet 2
KDT + 5 tablet E
|
Tabel 4.
Dosis untuk paduan OAT-Kombipak untuk kategori 2
Tahap
|
Lama
|
Isoniazid
300 mgr
|
Rifampisin
450 mgr
|
Pirazinamid
500 mgr
|
Etambutol
|
Streptomisin
|
Jumlah
hari/kali menelan obat
|
|
Tablet 250
mgr
|
Tablet 400
mgr
|
|||||||
Intensif
(harian)
|
2 bulan
1 bulan
|
1
1
|
1
1
|
3
3
|
3
3
|
-
-
|
0,75 gr
-
|
56
28
|
Lanjutan
3x/minggu
|
4 bulan
|
2
|
1
|
-
|
1
|
2
|
-
|
Catatan:
- Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis
maksimal untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
- Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam
keadaan khusus.
- Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu
dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml =
250mg).
- OAT Sisipan (HRZE)
Paket
sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 5.
Dosis paduan KDT untuk sisipan
Berat
Badan
|
Tahap
Intensif tiap hari selama 56 hari
RHZE
(150/75/400/275)
|
30-37 kg
|
2 tablet 4
KDT
|
38-54 kg
|
3 tablet 4
KDT
|
55-70 kg
|
4 tablet 4
KDT
|
> 71 kg
|
5 tablet 4
KDT
|
Tabel 6.
Dosis paduan OAT-kombipak untuk sisipan
Tahap
Pengobatan
|
Lama
Pengobatan
|
Isoniazid 300 mgr
|
Rifampisin
450 mgr
|
Pirazinamid
500 mgr
|
Etambutol
250 mgr
|
Jumlah
hari/kali menelan obat
|
Intensif
|
1 Bulan
|
1
|
1
|
3
|
3
|
28
|
Penggunaan
OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya kanamisin) dan
golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis
pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi
pada OAT lapis kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar